Anak kecil
Tulisan ini bukan untuk dirimu yang sekarang. Ini untuk anak kecil yang mungkin dulu pernah ku temui dimasa yang tidak pernah ada. Anak kecil dengan mata yang selalu bersinar. Hidung yang bangga berdiri ditengah wajahnya, mulut yang sering tersenyum lebar tanpa beban, dan tawa yang melodi kebahagiaannya masih menggema ditelingaku, semuanya tidak pernah berubah hingga hari ini. Bahkan senyum itu, yang pernah menjadi favorit ku, tetap sama. Tapi kali ini aku tahu, senyum itu bukan untukku.
Andai tuhan lebih awal mempertemukan kita. Aku ingin menemui mas kecil itu, di usia ketika hidup masih ringan, disaat segala sesuatu terasa sederhana. Aku ingin menjadi perempuan pertama yang kamu kenal, perempuan yang mungkin bisa menuntun tangan kecilmu dan membisikkan sesuatu yang penting. Aku ingin berkata kepadamu, "kamu akan tumbuh menjadi lelaki hebat, tapi jangan biarkan perjalananmu melukai seseorang yang hanya ingin mencintaimu".
Jika aku bisa kembali ke masa itu, aku akan duduk di samping mu dibawah langit soresore. Kamu mungkin sedang berlari lari di halaman, membawa mainan favorit, atau sekedar tertawa lepas tanpa tahu apa yang menanti di masa depan. Aku ingin mengahafal setiap detail tentang mu sebelum dunia mulai mengubah caramu melihat dan memperlakukan orang lain. Aku ingin menatap matamu yang polos dan berkata, "jaga hati mu, mas kecil. Jangan biarkan kemaran dunia mengubah mu menjadi seseorang yang menghancurkan hati orang lain".
Aku ingin bertemu dengan mu sebelum luka pertama hadir, sebelum dunia mulai menggoreskan kekecewaan di dadamu. Sebelum kamu tumbuh menjadi seseorang yang kelak aku kenal, seseorang yang meski tanpa sadar melukai seorang perempuan hingga ia harus berjuang keras untuk tetap berdiri. Aku ingin memberitahumu bahwa cinta itu rapuh,bahwa hati seseorang adalah tempat yang harus dijaga, bukan dihancurkan.
Namun kenyataan berkata lain. Anak kecil itu sudah tumbuh menjadi lelaki dewasa yang kutemui, yang pernah ku cintai dengan segala yang aku punya. Lelaki yang meninggalkan jejak luka terdalam, yang membuat seorang perempuan harus tidur tengah tengah malam, terus menangis hanya untuk merasa lebih tenang, hanya untuk terus bisa bernafas di dunia yang terasa begitu keras.
Anak kecil itu mungkin tidak tahu bahwa suatu hari bahwa dia akan menorehkan luka pada seseorang yang hanya ingin melihatnya bahagia. Tapi aku ingin memaafkan anak kecil itu. Aku ingin memaafkan dirinya yang belum tahu apa apa tentang melukai, tentang cinta yang rumit, tentang hati yang rapuh. Aku ingin memaafkan masa kecilmu, karena memaafkan dirimu yang sekarang terasa terlalu sulit bagiku.
Aku tahu mas kecil itu akan tumbuh menjadi lelaki hebat. Aku yakin dimasa depan, dia akan mencintai seseorang dengan sepenuh hati. Tapi aku juga tahu, lelaki hebat itu bukan untukku. Dia akan menjadi milik seseorang yang lain, yang mungkin tidak pernah tahu bahwa di perjalanan hidupnya ia meninggalkan seorang perempuan dengan luka yang tak kasat mata.
Tulisan ini adalah salam terakhirku untuk mas kecil yang polos dan penuh mimpi. Jika aku bisa bertemu dengannya, aku hanya ingin menggenggam tangannya, menatap matanya, dan berkata, "kamu akan menjadi lelaki hebat. Tapi aku mohon, jangan hancurkan seorang perempuan diperjalanan mu. Jangan biarkan cintamu menjadi alasan seseorang kehilangan dirinya".
Dan meskipun aku tidak bisa kembali ke masa itu, aku akan belajar berdamai. Aku akan melepas mu, Hai, baik dirimu yang kecil maupun dirimu yang sekarang. Tulisan ini adalah cara terakhirku untuk selamat tinggal bukan hanya kepada lelaki dewasa yang pernah membuat ku mencintai dan terluka, tapi juga kepada anak kecil yang seandainya dulu lebih awal aku kenal.
aku hanya berandai-andai, seolah tentang hati yang rapuh, seolah olah berandai bisa mengubah kenyataan. Aku membayangkan, jika saja aku tahu ini adalah jalan yang dianggap paling baik oleh semesta, mungkin aku tidak akan berlama-lama mempertanyakan. Mungkin aku tidak akan menangis terlalu lama di malam-malam sunyi, bertanya pada diri sendiri, "kenapa aku? ".
Tapi diantara andai andai itu, aku mulai pahampaham. Jalan ini mungkin emang bukan jalan yang aku inginkan, tapi bisa jadi ini adalah jalan yang semesta tahu lebih baik untukku. Jalan yang penuh luka, ya, tapi mungkin juga jalan yang sedang menyiapkan aku untuk menemukan sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang lebih berarti.
Aku hanyalah manusia biasa yang sering ingin tahu kenapa semuanya harus begini. Kenapa aku harus melewati semua ini sendiria, kenapa dia bisa pergi tanpa menoleh, kenapa aku masih sulit melepaskan? Tapi perlahan, aku mulai belajar bahwa takdir sering kali tidak butuh alasan. Semesta punya caranya sendiri untuk menjawab, dengan bahasa yang hanya bisa ku pahami ketika aku sudah di ujung perjalanan.
Jadi mungkin aku harus berhenti bertanya, berhenti berandai, mungkin aku hanya perlu menerima bahwa semesta tidak pernah salah. Jalan ku ini, meski berat, mungkin adalah jalan menuju sesuatu yang lebih baik,
Jalan untuk akhirnya menemukan diriku sendiri.
Komentar
Posting Komentar