.・゜✭・ANAK TENGAH.・✫・゜
Aku adalah si anak tengah, aku lahir sebagai penengah dirumah. itu mengapa tugas ku adalah selalu mengalah kata ibu " mengertilah dia kakak mu" dan kata ayah "mengalah lah dia adikmu" sering kali aku bertanya pada diri sendiri lantas siapa yang akan mengerti aku?
Anak kedua perempuan yang katanya bahunya sekuat baja, aku yang memikul beban yang semakin berat dipundak ku. Aku yang dipaksa kan dewasa oleh keadaan, aku yang di paksa untuk selalu mengerti semua orang bahkan selalu mengalah, aku juga yang sering menangis dalam diam saat kesepian, aku yang kata orang tidak ramah, keras kepala dan susah di atur.
Tidak semua anak yang melawan orang tua itu durhaka, dia hanya lelah, cemburu karena sering di beda bedakan, perihal kasih sayang bahkan cara dia dipandang dan apa yang di lakukan selalu salah dimata orang tuanya.
Jadi anak kedua itu IS ANOTHER LEVEL OF PAIN tidak pernah dianggap dan dibanggakan, posisinya selalu salah.
Menjadi anak kedua secara ga sadar bikin aku menjadi orang yang silent treatment, apapun masalahnya aku lebih milih membisu, dan hanya mendengar. Karena apakah suaraku berfungsi?
Aku bertingkah seolah tak membutuhkan peran seorang ayah, padahal dalam hatiku terbesit jelas pertanyaan "bagaimana rasanya berbincang dengan seorang ayah untuk mengadu tentang keadaan hari ini."
Anak kedua perempuan ini memang tidak pernah menceritakan bebannya, tapi coba tanya apa yang dia pikir kan sambil elus kepalanya, pasti dia tidak akan mampu menahan air matanya:)
Komentar
Posting Komentar